PURWOKERTO – Talk Show Kesehatan “Doktere Inyong” episode ke-70 kali ini menghadirkan Dokter Umum yaitu dr. Moch. Bhagavad Gita Gandhi di studio Satelit TV, Minggu (26/08) malam. Dipandu oleh Agus Supriyadi dan Toni Kristiawan, S.H sebagai host, tema yang diangkat adalah “Kenali Gejala Leptospirosis Penyakit di Kencing Tikus”.

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan bakteri leptospira yang disebarkan melalui air seni dan kotoran hewan pengerat. Beberapa jenis hewan pengerat yang dapat menjadi pembawa leptospirosis adalah tikus, kucing, sapi, anjing dan babi.

Sebagian besar leptospirosis terdapat di kencing tikus. Tikus biasanya hidup di atas genteng dan di sawah, namun tikus yang hidup di sawah itu lebih berbahaya. Bakteri leptospira dapat bertahan hidup dalam ginjal hewan yang terinfeksi. Bakteri tersebut dapat menyerang manusia melalui paparan air atau tanah yang telah terkontaminasi kencing tikus. Penyakit infeksi ini banyak terjadi di daerah yang terkena banjir, maka perlu menghindari bermain air saat banjir, dr. Moch. Bhagavad Gita Gandhi mengawali perbincangan.

Gejala umum leptospirosis terdapat dua fase, yaitu :

  • Fase pertama

Biasanya berlangsung selama 5 sampai dengan 7 hari, ini terjadi secara mendadak dengan gejala : demam tinggi (greges), muntah, diare, mata merah, nyeri otot (terutama otot paha dan betis), ruam, panas dingin dan sakit kepala.

  • Fase kedua

Fase ini dari penyakit (fase imun) yang dapat terjadi 1 sampai dengan 2 minggu kemudian yang ditandai dengan gejala : demam kuning (menguning di kulit dan mata), gagal ginjal, detak jantung tidak teratur, paru–paru bermasalah, meningitis (peradangan selaput otak) dan mata merah.

Penyebabnya adalah bakteri leptospira yang hidup di tikus, dengan penularan pada manusia terjadi saat adanya kontak langsung antara manusia dengan urine hewan yang terinfeksi, atau dengan air, tanah dan makanan yang telah terkontaminasi urine hewan yang terinfeksi bakteri leptospira. Bakteri ini masuk tubuh melalui kulit pada luka yang terbuka, kulit kering, atau lapisan lendir tubuh (seperti mata, hidung atau mulut)

Leptospirosis banyak dijumpai di area tropis dan sub tropis, dimana udara yang panas dan lembab dapat membuat bakteri ini dapat bertahan hidup lebih lama, seperti Amerika Serikat, Asia Tengah dan Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Adapun beberapa jenis pekerjaan yang mempunyai resiko lebih besar terkena penyakit leptospirosis yaitu petani dan pekerja yang senang memelihara hewan ternak.

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menghindari air saat banjir dan ketika membersihkan selokan juga harus lebih berhati-hati. Bakteri leptospira ini menyerang ginjal. Demam 3 hari, maka harus dilakukan tindakan medis segera.

Mukosa tikus itu berbahaya, apalagi misal gusi sedang luka. Kencing tikus akibatkan gagal ginjal. Dapat diberikan antibiotik, misal penicilin yang berlaku 3 hari atau seminggu atau 2 minggu. Jika demam tinggi, bisa diberikan infus. Penanganan dengan cek darah dan cek urine untuk membuktikan penularan leptospirosis.

Dapat disimpulkan bahwa leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang disebarkan melalui air seni dan kotoran hewan pengerat , salah satunya yaitu tikus.

Gejalanya demam, batuk, pilek, nyeri, mata merah dan kulit kuning. Apabila demam lebih dari 3 hari maka segera periksakan ke Dokter, nanti akan ditindaklanjuti.

Pencegahan bisa dilakukan dengan cuci tangan dan memakai alat pelindung diri, khususnya petani dan pekerja yang memelihara hewan ternak. Tikus senang tinggal di tempat sampah dan tempat kumuh. Inkubasi penyakit leptospirosis berlangsung antara 2 sampai dengan 26 hari, bakterinya gram negatif dan sering hidup hidup di tempat lembab. Cairan mukosa atau air seni tikus sama saja bisa menyebabkan penyakit. Tapi paling banyak di air seni. Hubungan kontak dengan hewan itu perlu diperhatikan kebersihan kandangnya, membersihkan kandang dengan sarung tangan.