PURWOKERTO – Talk Show Kesehatan “Doktere Inyong” episode ke-44 kali ini menghadirkan Dokter Spesialis Anak yaitu Dr. dr. Qodri Santosa, M.Si., Med, Sp.A di studio Satelit TV, Minggu (24/12) malam. Dipandu oleh dr. Grahita Anindita Poernomo yang merupakan Dokter Umum RS Ananda Purwokerto, tema yang diangkat adalah “Mengenal Difteri dan Gejalanya”.

Difteri adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh Corynebacterium diptheriae. Pada dasarnya gejala difteri pada anak dan dewasa sama saja. Gejala klinis difteri ditandai dengan panas, demam ± 38 ˚C, pseudomembrane putih ke abu-abuan yang tak mudah lepas dan mudah berdarah di faring, laring atau tonsil, sakit waktu menelan, leher membengkak seperti leher sapi (bullneck), sesak nafas disertai stridor, masa inkubasi antara 2 – 5 hari, masa penularan penderita 2 – 4 minggu sejak masa inkubasi, sedangkan masa penularan carrier bisa sampai 6 bulan. Cara penularan : droplet infection dan difteri kulit yang mencemari tanah sekitarnya. Orang yang terkena difteri solusinya untuk pencegahan adalah imunisasi, penyuluhan terkait difteri dan menjaga kebersihan (badan, pakaian, lingkungan). Pada kenyataanya penyakit difteri itu perlu diwaspadai, dimana sejauh mana masyarakat itu paham imunisasi. Kadang di suatu tempat itu orang tua tidak mau mengimunisasi anaknya. Kekebalan komunitas itu terjadi jika cakupan > 80 %. Imunisasi merupakan cara yang mudah, tidak perlu diobati. Saran mengikuti kegiatan imunisasi di posyandu, puskesmas serta rumah sakit, Dr. dr. Qodri Santosa, M.Si., Med, Sp.A mengawali perbincangan.

Gejala difteri adalah sebagai berikut :

  • Difteri hidung

Pada difteri hidung ditandai dengan flu ringan yang menyebabkan lecet pada nares dan bibir atas. Setelah diperiksa tampak membran putih pada daerah septum nasi.

  • Difteri faring

Ditandai dengan demam ringan dan nyeri telan, kemudian pada hari berikutnya timbul membran yang melekat dengan warna putih atau kelabu yang dapat menyebabkan menutupi tonsil dan dinding faring meluas ke uvula dan palatum molle atau ke bawah laring trakea.

  • Difteri laring

Gejalanya ditandai dengan nafas berbunyi, stridor yang progresif, suara parau dan batuk kering.

  • Difteri kulit

Difteri kulit ini berupa tukak di kulit yang tampak jelas dan terdapat membran pada dasarnya.

Penularan penyakit difteri bisa melalui udara, misal ketika bersin. Adapun penyebab difteri lainnya adalah kontak dengan benda-benda pribadi yang terkontaminasi, yaitu terkena difteri dengan pegang tisu bekas orang yang terinfeksi, minum dari gelas yang belum dicuci atau kontak sejenisnya dengan benda-benda yang membawa bakteri.

Setiap 10 tahun, imunisasi difteri pada anak diulang. Apabila difteri tidak diobati, maka toksin dari bakteri difteri dapat mengenai jantung, saraf, bahkan bisa menimbulkan kematian. Daerah yang sudah dipastikan KLB (Kejadian Luar Biasa), maka pemerintah perlu menanggapi dengan imunisasi tambahan pada daerah KLB. Dilakukan tanpa memandang status, jadi imunisasinya pada 0 bulan, 1 bulan dan 6 bulan.

Hampir semua umur terserang difteri, umur anak di bawah 19 tahun. Kalau anak yang rajin imunisasi, maka jarang terkena difteri. Difteri ini akan diisolasi, ditempatkan di kamar sendiri. Ada terapi yang bersifat obat dan ada juga yang tidak. Sifat supportif, maka dilakukan tirah baring ini kalau jantungnya sudah terkena. Setelah sakit difteri perlu dilakukan imunisasi atau vaksin difteri untuk pasien tersebut.

Penyakit difteri menyebabkan ketakutan terhadap anak – anak. Ada dua kondisi atas permintaan orang tua yaitu :

  • Kalau imunisasi sudah lengkap dan Ibu menghendaki, maka diberi tambahan dosis untuk imunisasi.
  • Kalau imunisasi belum lengkap (berdasarkan catatan di rumah sakit), satu tahun pertama dua dosis maka lengkapilah sampai tiga.

Dapat disimpulkan bahwa, difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh Corynebacterium diptheriae yang menular bisa lewat udara. Gejalanya meliputi demam, nyeri tenggorokan, membran putih di tenggorokan serta tenggorokan besar. Dapat dilakukan imunisasi atau vaksin untuk mencegah difteri. Mari ikuti program pemerintah dengan imunisasi untuk kekebalan tubuh.